Momen Lebaran: Peluang bagi Perekonomian Indonesia?
Setiap tahunnya, bulan Ramadhan diisi dengan hiruk piruk masyarakat dalam membeli berbagai macam makanan dan minuman untuk berbuka puasa, memberikan uang Tunjangan Hari Raya (THR) pada sanak saudara, hingga membeli pakaian baru untuk momen lebaran. Kegiatan-kegiatan yang hadir pada bulan suci ini bukan hanya mempererat masyarakat dari segi sosial, namun juga diharapkan untuk menstimulasi peningkatan ekonomi.
Peningkatan ekonomi ini dapat terjadi karena peningkatan jumlah uang yang beredar dan dapat menjadi momentum bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berbeda dari dua tahun sebelumnya, dimana Indonesia masih dilanda oleh pandemi COVID-19 hingga mengalami penurunan PDB sebesar 3,49% di tahun lalu, tahun ini, keadaan sudah pulih dan kembali normal.
Contohnya, dengan penambahan libur lebaran menjadi 5 hari, masyarakat Indonesia yang ingin mudik juga tentunya bertambah. Dibukanya akses mudik tahun ini dan kebijakan cuti bersama mampu mendorong perekonomian daerah, dengan adanya perputaran uang yang dibawa saat masuk ke daerah-daerah tersebut.
Selain mudik, THR yang akan digelontorkan juga akan meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat. Dengan anggapan bahwa tingkat konsumsi meningkat, maka akan terjadi multiplier effect, yaitu meningkatnya usaha UMKM, industri perhotelan, restoran, dll. Hal inilah yang akan mendorong perekonomian Indonesia secara signifikan. Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penggelontoran dana THR, efek domino yang terjadi dinilai bagus untuk peningkatan ekonomi Indonesia, dimana dana THR dapat meningkatkan tingkat konsumsi, dan mengakibatkan peningkatan bagi sektor usaha kecil dan menengah serta industri-industri lain.
Dengan aktifnya perekonomian Indonesia, IMF memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2023 akan mendekati 5%, dimana angka tersebut menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik bagi negara berkembang seperti Indonesia.
Namun memang, layaknya efek domino, kenaikkan konsumsi selain berdampak pada pertumbuhan ekonomi, juga berdampak kepada inflasi, yang secara umum akan meningkat seiring dengan kenaikan jumlah uang yang beredar pada masyarakat pada bulan Ramadhan maupun momen lebaran. Jika dilihat dari tahun lalu, Ramadan dan lebaran yang berlangsung pada April-Mei 2022, juga menghasilkan jejak yang sama, yaitu kenaikan inflasi pada bulan April sebesar 0,95 persen month-to-month (mtm) menjadi 3,47 persen. Sementara pada Mei 2022 inflasi menjadi 3,55 persen.
Peningkatan inflasi yang terjadi seiring dengan pertumbuhan ekonomi ini tidak perlu ditakuti, karena Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia telah memproyeksikan hal ini akan terjadi, sehingga pemberlakuan antisipasi telah dilakukan. Untuk memenuhi kebutuhan pada bulan Ramadhan, Bank Indonesia (BI) telah menyiapkan uang tunai sebesar Rp 195 triliun mulai tanggal 27 Maret hingga 20 April 2023. Jumlah tersebut terpantau naik sebesar 8,22% jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Dengan perekonomian Indonesia yang diprediksikan akan meningkat seiring dengan peningkatan konsumsi, maka saat ini merupakan waktu yang tepat untuk membuka usaha yang Anda impikan. Loan Market Indonesia memberikan layanan bagi masyarakat Indonesia yang ingin mengajukan pinjaman, baik untuk KPR, modal usaha, multiguna, take-over hingga refinancing.
Dengan layanan yang variatif, Loan Market Indonesia menawarkan Anda konsultasi untuk menemukan pilihan pinjaman paling tepat dengan 37 koneksi lenders partners dari perbankan, koperasi, fintech, multifinance, dll. Sehingga, Anda tidak perlu khawatir, karena segala administrasi dan proses lainnya akan diurus oleh Loan Advisers yang tentunya sudah menjadi expert di bidang kredit.
Loan Market Indonesia telah tercatat OJK sejak 2019, dan hingga saat ini telah memiliki 25 kantor cabang tersebar di Indonesia dan lebih dari 200 Loan Advisers yang siap membantu Anda dalam membuat proses pinjaman menjadi mudah.