Setelah COVID-19; Apa Selanjutnya?
Setiap krisis pasti akan berakhir. Sebelum adanya COVID-19, krisis seperti MERS, SARS, atau krisis yang disebabkan oleh bencana alam pernah terjadi. Menurunnya ekonomi juga kerap ditemukan saat krisis melanda. Namun, pada setiap krisis pasti terdapat juga harapan didalamnya untuk pulih dan ‘rebound’ kembali. Sofyan A. Djalil, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertahanan Nasional (ATR/BPN), menyatakan bahwa, tidak ada perang maupun wabah yang tidak bisa selesai, kita harus optimis dan perbaiki dampak di bidang ekonomi.
Berbagai usaha dilakukan demi mengoptimalkan pemulihan dan penstabilan dampak COVID-19. Seperti yang dilakukan Bank Sentral, yaitu dengan berkomunikasi kepada investor global mencerminkan kepercayaan ke Indonesia masih cukup kuat. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan berbagai komitmen akan nilai rupiah yang akan terus menguat terhadap dolar AS.
Saat ini pemerintah juga telah membuat Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan, yang didalamnya memuat tambahan pembiayaan anggaran untuk menangani dampak COVID-19 sebesar Rp. 405,1 triliun. Untuk kesehatan sebesar Rp. 75 triliun, social safety net sebesar Rp 110 triliun, dukungan kepada industri sebesar Rp. 70,1 triliun, dan program pemulihan ekonomi nasional sebesar Rp. 150 triliun. Tujuannya adalah untuk menanggulangi dampak dari pandemi COVID-19, sehingga diharapkan stabilitas dapat tetap terjaga.
Dilansir dari antaranews, Kepala Ekonom BCA Davis Sumual menyebutkan adanya peluang pertumbuhan ekonomi yang bisa didapatkan setelah wabah COVID-19. Dalam diskusi daring Indonesia Macroeconomics Update 2020, Beliau menyatakan “Bagi Indonesia, kita harus bisa memanfaatkan pasca COVID-19 ini, kita harapkan bisa menjadi fondasi tumbuh kedepan”.
Memanfaatkan pasca COVID-19 ini dengan optimis, yaitu dengan sebaik mungkin berusaha untuk adaptasi pada situasi dan juga mempunyai visi kedepan. Pada masa work from home yang dijalankan di banyak perusahaan diseluruh dunia saat ini adalah masa pengoptimalan penggunaan media sosial dan jejaring internet, lantaran banyaknya meeting dilakukan secara online. Media sosial juga dijadikan media utama untuk bersosialisasi dan berinteraksi oleh masyarakat pada masa pandemi ini. Sehingga hal ini juga dapat menjadi peluang ditengah kondisi saat ini.
Menurut Sri Mulyani, akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional dapat terjadi hingga 4,5%-5,5% pada 2021. Hal ini merupakan harapan pulihnya pergerakan ekonomi Indonesia. Untuk itu, usaha dalam menanggapi pandemi ini selayaknya dapat dilakukan oleh semua orang. Salah satunya adalah dengan menaati social distancing atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Sumber :
Finance.detik
Nu.or.id
Think.ing
Antaranews
Beritasatu