Indonesia Berhasil Menjadi Negara Menengah Atas, Oprimis Untuk Menjadi Negara Berpenghasilan Tinggi
Pada Juli 2023, Bank Dunia telah mengeluarkan laporan kategorisasi perekonomian sebuah negara. Berdasarkan Gross National Income (GNI) atau Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per kapita, Bank Dunia membagi kategori tersebut menjadi 4, yaitu negara penghasilan rendah, menengah bawah, menengah atas dan penghasilan tinggi. Dalam kategorisasi baru ini, Indonesia resmi ‘naik kelas’ menjadi negara dengan penghasilan menengah atas upper middle class country.
"Di tengah ketidakpastian global, Indonesia telah melihat peningkatan yang mantap di banyak area yang penting untuk pertumbuhan jangka panjang, terutama stabilitas makroekonomi, tata kelola sektor publik, dan infrastruktur. Peningkatan-peningkatan itu telah membantu menumpas kemiskinan ekstrim di negara ini," ungkap Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Satu Kahkonen pada Senin (3/7/2023).
Kenaikan Indonesia sebagai negara berpenghasilan menengah atas tentunya didasari oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membaik beberapa waktu belakangan ini. Dilansir dari Bank Dunia, perubahan kategori Indonesia tersebut terjadi karena perekonomian Indonesia telah berhasil tumbuh kuat pada angka 5,3% tahun lalu. Peningkatan ini membuat Indonesia membukukan pendapatan per kapita sebesar US$ 4.580 pada tahun 2022 lalu, naik US$ 4.140 dari tahun 2021.
Ambang batas agar negara dapat dikategorikan sebagai negara pendapatan menengah ke atas adalah US$ 4.466 hingga US$ 13.845 per tahun 2023. Kendati demikian, Indonesia berhasil masuk ke kategori tersebut, walaupun masih cukup jauh untuk mencapai kategori negara pendapatan tinggi. Apalagi ditambah dengan prediksi Bank Dunia yang mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menyusut menjadi 4,9 persen pada 2024 mendatang. Angka prediksi tersebut turun dari pertumbuhan di keseluruhan tahun 2022, yaitu 5,3 persen.
Namun, kenaikkan ini tetap menjadi kabar yang baik bagi perekonomian Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa COVID-19 menghantam perekonomian Indonesia sejak 2020 dengan cukup kuat, yang mengakibatkan perekonomian negara ini jatuh krisis. Namun, Pemerintah Indonesia berhasil ‘bounce back’ dengan jangka waktu yang cukup cepat, dan pemulihan ekonomi pun dapat terjadi sejak pertengahan tahun 2021.
Optimisme Presiden Indonesia, Joko Widodo untuk mengembangkan perekonomian Indonesia semakin jelas, dengan ambisi Indonesia untuk dikategorikan sebagai negara dengan pendapatan tinggi pada tahun 2045. Walau perjalanan yang perlu ditempuh masih cukup jauh, namun dengan strategi kebijakan yang baik serta perekonomian konsisten tumbuh, ambisi ini bukan menjadi hal yang tidak mungkin.
Banyak cara untuk meningkatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan upaya Loan Market Indonesia sebagai financial aggregator yang telah tercatat di OJK sejak 2019 dalam berkontribusi ke penyaluran kredit di Indonesia. Loan Market Indonesia berperan sebagai jembatan bagi konsumen dengan institusi finansial yang telah menjalin kerja sama dengan Loan Market. Demi memberikan kemudahan bagi nasabah yang ingin mengajukan kredit, Loan Market Indonesia telah bekerja sama dengan lebih dari 35 institusi finansial yang bervariasi dari perbankan, koperasi, dan fintech untuk memberikan pilihan suku bunga terbaik.
Saat ini, Loan Market Indonesia telah memiliki 24 kantor cabang yang tersebar di Jakarta, Bandung, Jogja dan Surabaya, serta lebih dari 200 Loan Adviser yang siap membantu nasabah dalam mempermudah proses pengajuan pinjaman.
Sumber: CNBC, Liputan6, KataData,