Mengenal Sustainable Investment, Tujuan dan Perkembangannya di Indonesia
Sejak September 2015, hampir setiap bagian dunia, secara bersama-sama telah sepakat untuk memiliki satu visi bersama, yaitu visi yang dimaksudkan untuk pembangunan internasional dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Melalui visi tersebut, yang kini kita kenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs), PBB telah menyusun serangkaian tujuan, 17 tujuan utama dan 169 target untuk lebih spesifik. Jika berhasil dilaksanakan, 17 tujuan utama ini dapat memiliki implikasi yang luas dalam membuat dunia menjadi lebih baik.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, muncul istilah sustainable investment atau investasi berkelanjutan. Investasi berkelanjutan adalah tren yang berkembang di industri keuangan, hal ini mengacu pada serangkaian praktik di mana investor bertujuan untuk mencapai keuntungan finansial sambil mempromosikan nilai lingkungan atau sosial jangka panjang. Oleh karena itu, investasi yang berkelanjutan secara teknis menggabungkan pendekatan investasi tradisional dengan wawasan Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola Perusahaan (ESG) untuk berkontribusi pada dunia.
Investasi Berkelanjutan saat ini juga menjadi salah satu prioritas Indonesia. Didorong oleh meningkatnya permintaan investasi berkelanjutan di seluruh dunia, Indonesia telah memberlakukan beberapa peraturan, insentif, dan peluang pasar bagi perusahaan untuk menerapkan metrik ESG guna mengelola risiko.
Skema insentif untuk lembaga keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Obligasi baru, pinjaman dan obligasi terkait SDG pertama di kawasan ini diluncurkan pada tahun 2021, indeks investasi tanggung jawab sosial (SRI) dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Satuan Tugas Nasional untuk Keuangan Berkelanjutan, dan sertifikasi untuk mendukung perusahaan dalam menerapkan ESG seperti Sertifikasi Pengurangan Emisi GRK KLHK, Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dan Manajemen, dan sertifikasi Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesia Kementerian Pertanian telah menjadi faktor pendorong permintaan investasi berkelanjutan. Sebagai payung dari inisiatif ini, Indonesia juga meratifikasi Taksonomi Hijau, yang menjadi tanda kemajuan dalam meningkatkan optimisme investasi berkelanjutan.
Kesadaran akan isu lingkungan di sektor keuangan juga ditunjukkan oleh responden yang berinvestasi di pasar saham. Menurut survei KataData pada Juni 2022, 66,1% responden memiliki saham di perusahaan yang mengedepankan praktik ESG. Alasan memilih green investment diduga karena merasa lebih aman dengan reputasi perusahaan yang baik (75,3%) dan ikut menjaga lingkungan (61,8%)
.Saat ini, investasi berkelanjutan juga dimanifestasikan oleh beberapa perbankan di Indonesia. Loan Market Indonesia sebagai financial aggregator berkontribusi dalam perekonomian Indonesia dengan membantu masyarakat dalam memilih pinjaman yang tepat dan sesuai dengan kriteria nasabah. Terdaftar sejak 2019, Loan Market Indonesia saat ini sudah membuka 24 cabang yang tersebar di Jakarta, Bandung, Jogjakarta dan Surabaya, dan telah bekerja sama dengan 37 institusi finansial di Indonesia, di mulai dari perbankan, fintech, koperasi, dll.
Namun, transisi Indonesia dalam menjunjung investasi berkelanjutan ini bukannya tanpa hambatan, salah satu tantangan terbesar yang harus dihadapi Indonesia adalah ketergantungan yang tinggi pada batubara. Sektor ini menyumbang sekitar 5% dari PDB Indonesia. Indonesia merupakan salah satu produsen batubara terbesar di dunia, dengan cadangan batubara sebesar 38,84 miliar ton per tahun 2021, cadangan tersebut cukup untuk bertahan selama 60-65 tahun.
Sumber: PwC, OJK, Harvard Business School, Energy Tracker, KataData.